Jumat, 24 Agustus 2012

Alkitab Adalah Firman Allah


PENDAHULUAN
Alkitab adalah Firman Allah, pernyataan ini adalah prinsip dasar kaum Injili terhadap Alkitab. Bahwa Alkitab adalah penyataan diri Allah secara tertulis kepada manusia. Akan tetapi pada dekade belakangan ini ada banyak kalangan yang meragukan atau bahkan menolak otentisitas Alkitab sebagai Firman Allah yang muncul tidak hanya dalam kalangan liberal dan neo-ortodoks, tetapi juga di kalangan Injili. Karena itu penting untuk menggariskan ulang pengakuan akan keabsahan dan otentisitas Alkitab sebagai Firman Allah.
DEFINISI ISTILAH
Kata Alkitab berasal dari bahasa Yunani biblion, yang berarti “kitab” atau “gulungan”. Dalam bentuk jamak, biblia, digunakan oleh orang Kristen yang berbahasa Latin untuk menunjuk pada semua kitab PL dan PB.[1] Di dalam 2 Timotius 3:16 menekankan bahwa kitab atau tulisan-tulisan ini bukan merupakan tulisan biasa, tetapi pada faktanya “dinafaskan oleh Allah”, dengan demikian tulisan itu berotoritas dan tanpa salah dalam semua pengajarannya. Kata Alkitab mengandung pengertian “satu kitab”, yakni kumpulan kitab yang dalam bentuk final dan terinci menjadi milik agama Kristen yang memberi pedoman dan pengarahan.[2]
ISU-ISU KONTEMPORER SEPUTAR ALKITAB
Hendrick Hart, profesor ICS, yang dikutip Ronald Nash, menyatakan “Alkitab sama sekali bukan Firman Allah, tetapi hanya merupakan contoh yang diilhami secara otoritatif ... dari penyataan Firman”.[3] Berikut beberapa pernyataan yang sering diajukan untuk mempertanyakan otoritas dan otentisitas Alkitab sebagai Firman Allah.
1.      Apakah Alkitab penuh dengan mitos? Alkitab adalah kitab yang penuh dengan mitos merupakan serangan umum yang dilontarkan para kritikus Alkitab. Alasannya, banyaknya cerita tentang mujizat yang ditemukan dalam halaman-halaman Alkitab. Bagi mereka, mujizat tidak mungkin terjadi. Alasan lainnya, keparalelan, misalnya cerita Alkitab tentang banjir dengan cerita yang ditemukan dalam mitologi Babel. Juga fakta bahwa ada kemiripan antara peristiwa-peristiwa pada zaman Yesus dengan gambaran dewa-dewa yang didapatkan dalam mitologi Yunani.[4]
2.      Apakah Alkitab bertentangan dengan ilmu pengetahuan? Konflik antara gereja dan ilmu pengetahuan memang telah terjadi sejak lama. Puncaknya adalah pada masa Galileo yang dipersalahkan oleh gereja karena mengajarkan matahari adalah pusat sistem tata surya (heliosentris). Demikian juga dalam perkembangan selanjutnya, sepertinya Alkitab mengajarkan pandangan tentang realitas yang jelas bertentangan dengan hasil penyelidikan ilmiah modern yang meyakinkan. Bahkan beberapa orang berpendapat bahwa Alkitab mengajarkan pandangan yang primitif dan tidak ilmiah mengenai alam semesta yang tidak lagi sesuai untuk manusia modern.[5]
3.      Apakah Alkitab penuh dengan kontradiksi? Alkitab dikatakan penuh dengan ketidaksesuaian yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Ada beberapa bagian Alkitab yang saling bertentangan sehingga menimbulkan ketidak akuratan dalam hal penulisannya. Misalnya tentang jumlah malaikat yang yang hadir di kubur Yesus pada peristiwa kebangkitan.[6]
4.      Apakah Alkitab akurat secara historis? Salah satu isu yang hangat dibicarakan berkaitan dengan penelitian Alkitab adalah penelitian sejarah Alkitab. Ada banyak sarjana Alkitab dan arkeologi yang berupaya untuk menemukan ketidaksesuaian antara catatan dan fakta sejarah yang terdapat dalam Alkitab yang dibuktikan dengan penelitian sejarah yang akurat didukung oleh bukti-bukti arkeologis.[7]
5.      Mengapa beberapa bagian dari Alkitab ofensif? Penolakan terhadap Alkitab juga dikaitkan dengan isinya yang dianggap ofensif, secara khusus penyataan Alkitab tentang murka Allah. PL dikritik karena menggambarkan Allah yang tidak berbelas kasihan dan bersikap diktator dalam penghakiman-Nya.[8]
6.      Apakah Alkitab mutlak benar? Bahwa Alkitab menyatakan diri sebagai Firman Allah tidaklah cukup untuk membuktikan pengakuan tersebut. Werner Georg Kummel menyatakan bahwa Alkitab merupakan salah satu buku yang ditulis oleh manusia, sehingga buku itu sama seperti semua hasil pikiran manusia yang masih harus dibuktikan kebenarannya.[9]
KLARIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pada beberapa isu kontemporer seputar Alkitab, maka dalam bagian ini akan diuraikan tentang hakikat Alkitab sebagai Firman Allah.
1.      Alkitab berasal dari Allah. Argumentasi ini didasarkan atas 2 prinsip, yaitu: pertama, klaim Alkitab. Ada banyak bukti yang menyatakan bahwa Alkitab secara keseluruhan adalah kitab yang unik, yakni menyaksikan karakter dirinya yang unik. Sebanyak tiga ribu delapan ratus kali Alkitab menyatakan “Allah berfriman” atau “demikianlah Firman Allah” (Kel. 14:1; Im. 4:1; dst). Semua kesaksian itu meneguhkan otoritas dan inspirasi verbal dari Kitab Suci. Kedua, kontinuitas dari Alkitab. Alkitab berasal dari 40 penulis yang berbeda, dengan berbagai profesi, lokasi, zaman dan situasi yang berbeda pula. Hal ini menunjukkan bahwa banyak dari para penulis tidak mengenal penulis Kitab Suci lainnya dan mereka tidak mengetahui tentang tulisan lainnya. Namun demikian, Alkitab secara menakjubkan, merupakan satu kesatuan yang utuh. Tidak ada kontradiksi atau ketidakkonsistenan di antara bagian-bagiannya. Roh Kudus adalah penyatu dari keenam puluh kitab itu, yang menentukan keharmonisan dan kekonsistenannya. Dalam kesatuannya, kitab-kitab ini mengajarkan Ketritunggalan Allah, Keilahian Yesus Kristus, pribadi Roh Kudus, dll.[10]
2.      Alkitab adalah Firman Allah yang disingkapkan. Alkitab menyaksikan bahwa Firman berperan sebagai penyingkapan diri Allah (God’s self-disclosure). Melalui Firman, Allah menyingkapkan diri-Nya dengan berbagai-bagai cara sampai dengan puncaknya, yaitu inkarnasi-Nya menjadi manusia Yesus Kristus (Yoh. 1:14; bnd. Ibr. 1:1-2).[11]
3.      Alkitab adalah Firman Allah yang tertulis. Alkitab menyaksikan bahwa Firman, Yesus Kristus, dan kebenaran adalah satu adanya (Yoh. 8:31-36). Pada saat orang percaya berkomunikasi dengan Firman dan kebenaran Alkitab, mereka sebenarnya berkomunikasi dengan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Sebaliknya, orang percaya yang sedang berkomunikasi dengan Tuhan Yesus (doa) sebenarnya ia sedang berkomunikasi dengan ide-ide dan prinsip-prinsip kebenaran Firman yang tertulis dalam Alkitab.[12]
4.      Alkitab adalah Firman Allah yang membebaskan. Tuhan Yesus menegaskan bahwa Anak Allah, Firman dan kebenaran adalah satu adanya. Berbicara mengenai peran-Nya yang membebaskan manusia dari dosa, Dia menyebutkan tentang Firman dan kebenaran yang memerdekakan (lih. Yoh. 8:31-32). Meskipun demikian, pada saat yang sama Dia juga mengingatkan bahwa Sang Anaklah yang sebenarnya memerdekakan kamu (Yoh. 8:36).[13]
KESIMPULAN
Apapun yang Alkitab ajarkan, pengajarannya dapat dipercaya. Apakah kredibilitasnya pasti absolut? Secara mutlak, ya, karena Alkitab adalah Firman Allah sendiri dan karena itu patut dijadikan sebagai standar kredibilitas tertinggi (bnd. 1 Kor. 2:4; 1 Tes. 1:5).


DAFTAR PUSTAKA

Bruggen, Jakob van, Siapa yang Membuat Alkitab?, Jakarta: Momentum, 2002
Enns, Paul, The Moody Handbook of Theology 1, Malang: Literatur SAAT, 2004
Linemann, Eta, Teologi Kontemporer: Ilmu atau Praduga?, Batu: I-3, 1991
Nash, Ronald H., Firman Allah dan Akal Budi Manusia, Jakarta: Momentum, 2008
Sproul, R.C., Mengapa Percaya?, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1999
Susabda, Yakub B., Mengenal dan Bergaul Dengan Allah, Yogyakarta: Yayasan Andi, 2010


DAFTAR ISI

PENDAHULUAN......................................................................................................     1
DEFINISI ISTILAH..................................................................................................     1
ISU-ISU KONTEMPORER SEPUTAR ALKITAB.............................................       1
KLARIFIKASI MASALAH....................................................................................      3
KESIMPULAN..........................................................................................................     4

SOLI DEO GLORIA




150.000 naskah, 50 naskah tidak bisa dibaca sama sekali.


[1] Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 1, (Malang: Literatur SAAT, 2004), 185.
[2] Jakob van Bruggen, Siapa yang Membuat Alkitab?, (Jakarta: Momentum, 2002), 2.
[3] Ronald H. Nash, Firman Allah dan Akal Budi Manusia, (Jakarta: Momentum, 2008), 160.
[4] R.C. Sproul, Mengapa Percaya?, (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1999), 10
[5] Ibid., 13.
[6] Ibid., 14-15.
[7] Ibid., 16-17.
[8] R.C. Sproul, Mengapa Percaya..., 18.
[9] Eta Linemann, Teologi Kontemporer: Ilmu atau Praduga?, (Batu: I-3, 1991), 93.
[10] Paul Enns, The Moody..., 186-188.
[11] Yakub B. Susabda, Mengenal dan Bergaul Dengan Allah, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2010), 104.
[12] Ibid., 118.
[13] Ibid., 124-125.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar