Jumat, 24 Agustus 2012

Keselamatan Orang-orang Terpencil


PENDAHULUAN
Sebuah pertanyaan yang mengungkapkan keprihatinan yang dalam akan keselamatan jiwa-jiwa adalah “Apa yang akan terjadi pada para penduduk daerah terpencil yang tidak pernah mendengar tentang Yesus?” Pertanyaan ini tidak hanya timbul karena terdorong oleh masalah teologi spekulatif, melainkan semangat belas kasihan kepada jiwa-jiwa yang belum diselamatkan.
DEFINISI
Pembahasan ini difokuskan pada orang-orang yang tinggal di daerah terpencil, yakni mereka yang tinggal di daerah yang terisolir, tidak memiliki akses dengan dunia luar, atau bisa juga primitif.[1]
APA YANG TERJADI PADA ORANG-ORANG YANG BELUM PERNAH MENDENGAR TENTANG KRISTUS?
Roma 3:23 menyatakan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Kejatuhan ke dalam dosa ini adalah universal dan konsekuensi dari keberdosaan itu adalah maut (Rm. 6:23).[2] Dengan demikian, semua orang yang hidup di dunia ini harus menanggung akibat dari dosanya.
Penegasan Paulus dalam Roma 1:19-21 tentang penyataan Allah secara umum menegaskan bahwa tidak ada seorang pun manusia di dunia ini yang tidak memiliki pengetahuan tentang Allah. Karena penyataan diri Allah ini adalah kepada seluruh umat manusia.[3] Karena itu tidak ada alasan bagi manusia untuk berdalih bahwa mereka tidak mengetahui tuntutan dari kebenaran Allah.
Dengan demikian, orang-orang yang belum pernah mendengar tentang Kristus dapat menyatakan ketidaktahuan mereka, tetapi mereka tidak dapat menyatakan tidak mengenal Allah Bapa. Faktanya, mereka memiliki pengetahuan tentang Allah dalam realitas agamanya masing-masing. Walaupun pada kenyataannya, agama itu membawa mereka kepada penyembahan berhala, sehingga praktik keagamaan mereka itu semakin menggandakan kesalahan mereka (bnd. Rm. 1:22-25).
Walaupun mereka tidak memiliki Alkitab (Firman Allah), tetapi mereka memiliki hukum Taurat “yang tertulis di dalam hati mereka” (Rm. 2:15). Karena itu mereka dihakimi berdasarkan loh hukum yang tertulis dalam hati mereka. Dengan demikian, walaupun mereka belum pernah mendengar tentang Kristus, ia tidak akan dihukum karena hal tersebut. Hukuman yang akan dijatuhkan kepadanya adalah penolakan terhadap Bapa yang telah dikenalnya dan ketidaktaatan terhadap hukum yang tertulis dalam hatinya.[4]
Jika semua manusia telah mendengar tentang Bapa tetapi menolak-Nya, konsekuensinya adalah semua orang perlu mengetahui penebusan yang ditawarkan dalam Kristus. Sebab tidak memiliki pengetahuan tentang Kristus berarti berada dalam bahaya karena penolakan yang telah dilakukan sebelumnya terhadap penyataan Bapa. Lebih lagi jika mendengar tentang Kristus dan menolak-Nya berarti berada dalam bahaya yang lebih besar, karena bukan hanya Bapa yang telah ditolak tetapi juga Anak. Fakta inilah yang menunjukkan bahwa mereka membutuhkan Injil agar mereka dapa diperdamaikan dengan Bapa. Inilah tugas Gereja! (Rm. 10:14-15).
KESIMPULAN
Setiap orang yang belum mendengar tentang Kristus berada di bawah hukuman Allah, karena mereka tidak menyembah Allah Bapa. Karena itu, pertanyaan tentang nasib orang yang tidak pernah mendengar tentang Kristus harus dijawab bukan hanya dengan kata-kata melainkan juga tindakan, yaitu: misi.


[1] Kamus Bahasa Indonesia Elektronik
[2] Th. Van den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 155.
[3] R.C. Sproul, Mengapa Percaya?, (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1999), 41-42.
[4] R.C. Sproul, Mengapa Percaya..., 46-47.

Alkitab Adalah Firman Allah


PENDAHULUAN
Alkitab adalah Firman Allah, pernyataan ini adalah prinsip dasar kaum Injili terhadap Alkitab. Bahwa Alkitab adalah penyataan diri Allah secara tertulis kepada manusia. Akan tetapi pada dekade belakangan ini ada banyak kalangan yang meragukan atau bahkan menolak otentisitas Alkitab sebagai Firman Allah yang muncul tidak hanya dalam kalangan liberal dan neo-ortodoks, tetapi juga di kalangan Injili. Karena itu penting untuk menggariskan ulang pengakuan akan keabsahan dan otentisitas Alkitab sebagai Firman Allah.
DEFINISI ISTILAH
Kata Alkitab berasal dari bahasa Yunani biblion, yang berarti “kitab” atau “gulungan”. Dalam bentuk jamak, biblia, digunakan oleh orang Kristen yang berbahasa Latin untuk menunjuk pada semua kitab PL dan PB.[1] Di dalam 2 Timotius 3:16 menekankan bahwa kitab atau tulisan-tulisan ini bukan merupakan tulisan biasa, tetapi pada faktanya “dinafaskan oleh Allah”, dengan demikian tulisan itu berotoritas dan tanpa salah dalam semua pengajarannya. Kata Alkitab mengandung pengertian “satu kitab”, yakni kumpulan kitab yang dalam bentuk final dan terinci menjadi milik agama Kristen yang memberi pedoman dan pengarahan.[2]
ISU-ISU KONTEMPORER SEPUTAR ALKITAB
Hendrick Hart, profesor ICS, yang dikutip Ronald Nash, menyatakan “Alkitab sama sekali bukan Firman Allah, tetapi hanya merupakan contoh yang diilhami secara otoritatif ... dari penyataan Firman”.[3] Berikut beberapa pernyataan yang sering diajukan untuk mempertanyakan otoritas dan otentisitas Alkitab sebagai Firman Allah.
1.      Apakah Alkitab penuh dengan mitos? Alkitab adalah kitab yang penuh dengan mitos merupakan serangan umum yang dilontarkan para kritikus Alkitab. Alasannya, banyaknya cerita tentang mujizat yang ditemukan dalam halaman-halaman Alkitab. Bagi mereka, mujizat tidak mungkin terjadi. Alasan lainnya, keparalelan, misalnya cerita Alkitab tentang banjir dengan cerita yang ditemukan dalam mitologi Babel. Juga fakta bahwa ada kemiripan antara peristiwa-peristiwa pada zaman Yesus dengan gambaran dewa-dewa yang didapatkan dalam mitologi Yunani.[4]
2.      Apakah Alkitab bertentangan dengan ilmu pengetahuan? Konflik antara gereja dan ilmu pengetahuan memang telah terjadi sejak lama. Puncaknya adalah pada masa Galileo yang dipersalahkan oleh gereja karena mengajarkan matahari adalah pusat sistem tata surya (heliosentris). Demikian juga dalam perkembangan selanjutnya, sepertinya Alkitab mengajarkan pandangan tentang realitas yang jelas bertentangan dengan hasil penyelidikan ilmiah modern yang meyakinkan. Bahkan beberapa orang berpendapat bahwa Alkitab mengajarkan pandangan yang primitif dan tidak ilmiah mengenai alam semesta yang tidak lagi sesuai untuk manusia modern.[5]
3.      Apakah Alkitab penuh dengan kontradiksi? Alkitab dikatakan penuh dengan ketidaksesuaian yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Ada beberapa bagian Alkitab yang saling bertentangan sehingga menimbulkan ketidak akuratan dalam hal penulisannya. Misalnya tentang jumlah malaikat yang yang hadir di kubur Yesus pada peristiwa kebangkitan.[6]
4.      Apakah Alkitab akurat secara historis? Salah satu isu yang hangat dibicarakan berkaitan dengan penelitian Alkitab adalah penelitian sejarah Alkitab. Ada banyak sarjana Alkitab dan arkeologi yang berupaya untuk menemukan ketidaksesuaian antara catatan dan fakta sejarah yang terdapat dalam Alkitab yang dibuktikan dengan penelitian sejarah yang akurat didukung oleh bukti-bukti arkeologis.[7]
5.      Mengapa beberapa bagian dari Alkitab ofensif? Penolakan terhadap Alkitab juga dikaitkan dengan isinya yang dianggap ofensif, secara khusus penyataan Alkitab tentang murka Allah. PL dikritik karena menggambarkan Allah yang tidak berbelas kasihan dan bersikap diktator dalam penghakiman-Nya.[8]
6.      Apakah Alkitab mutlak benar? Bahwa Alkitab menyatakan diri sebagai Firman Allah tidaklah cukup untuk membuktikan pengakuan tersebut. Werner Georg Kummel menyatakan bahwa Alkitab merupakan salah satu buku yang ditulis oleh manusia, sehingga buku itu sama seperti semua hasil pikiran manusia yang masih harus dibuktikan kebenarannya.[9]
KLARIFIKASI MASALAH
Berdasarkan pada beberapa isu kontemporer seputar Alkitab, maka dalam bagian ini akan diuraikan tentang hakikat Alkitab sebagai Firman Allah.
1.      Alkitab berasal dari Allah. Argumentasi ini didasarkan atas 2 prinsip, yaitu: pertama, klaim Alkitab. Ada banyak bukti yang menyatakan bahwa Alkitab secara keseluruhan adalah kitab yang unik, yakni menyaksikan karakter dirinya yang unik. Sebanyak tiga ribu delapan ratus kali Alkitab menyatakan “Allah berfriman” atau “demikianlah Firman Allah” (Kel. 14:1; Im. 4:1; dst). Semua kesaksian itu meneguhkan otoritas dan inspirasi verbal dari Kitab Suci. Kedua, kontinuitas dari Alkitab. Alkitab berasal dari 40 penulis yang berbeda, dengan berbagai profesi, lokasi, zaman dan situasi yang berbeda pula. Hal ini menunjukkan bahwa banyak dari para penulis tidak mengenal penulis Kitab Suci lainnya dan mereka tidak mengetahui tentang tulisan lainnya. Namun demikian, Alkitab secara menakjubkan, merupakan satu kesatuan yang utuh. Tidak ada kontradiksi atau ketidakkonsistenan di antara bagian-bagiannya. Roh Kudus adalah penyatu dari keenam puluh kitab itu, yang menentukan keharmonisan dan kekonsistenannya. Dalam kesatuannya, kitab-kitab ini mengajarkan Ketritunggalan Allah, Keilahian Yesus Kristus, pribadi Roh Kudus, dll.[10]
2.      Alkitab adalah Firman Allah yang disingkapkan. Alkitab menyaksikan bahwa Firman berperan sebagai penyingkapan diri Allah (God’s self-disclosure). Melalui Firman, Allah menyingkapkan diri-Nya dengan berbagai-bagai cara sampai dengan puncaknya, yaitu inkarnasi-Nya menjadi manusia Yesus Kristus (Yoh. 1:14; bnd. Ibr. 1:1-2).[11]
3.      Alkitab adalah Firman Allah yang tertulis. Alkitab menyaksikan bahwa Firman, Yesus Kristus, dan kebenaran adalah satu adanya (Yoh. 8:31-36). Pada saat orang percaya berkomunikasi dengan Firman dan kebenaran Alkitab, mereka sebenarnya berkomunikasi dengan Tuhan Yesus Kristus sendiri. Sebaliknya, orang percaya yang sedang berkomunikasi dengan Tuhan Yesus (doa) sebenarnya ia sedang berkomunikasi dengan ide-ide dan prinsip-prinsip kebenaran Firman yang tertulis dalam Alkitab.[12]
4.      Alkitab adalah Firman Allah yang membebaskan. Tuhan Yesus menegaskan bahwa Anak Allah, Firman dan kebenaran adalah satu adanya. Berbicara mengenai peran-Nya yang membebaskan manusia dari dosa, Dia menyebutkan tentang Firman dan kebenaran yang memerdekakan (lih. Yoh. 8:31-32). Meskipun demikian, pada saat yang sama Dia juga mengingatkan bahwa Sang Anaklah yang sebenarnya memerdekakan kamu (Yoh. 8:36).[13]
KESIMPULAN
Apapun yang Alkitab ajarkan, pengajarannya dapat dipercaya. Apakah kredibilitasnya pasti absolut? Secara mutlak, ya, karena Alkitab adalah Firman Allah sendiri dan karena itu patut dijadikan sebagai standar kredibilitas tertinggi (bnd. 1 Kor. 2:4; 1 Tes. 1:5).


DAFTAR PUSTAKA

Bruggen, Jakob van, Siapa yang Membuat Alkitab?, Jakarta: Momentum, 2002
Enns, Paul, The Moody Handbook of Theology 1, Malang: Literatur SAAT, 2004
Linemann, Eta, Teologi Kontemporer: Ilmu atau Praduga?, Batu: I-3, 1991
Nash, Ronald H., Firman Allah dan Akal Budi Manusia, Jakarta: Momentum, 2008
Sproul, R.C., Mengapa Percaya?, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1999
Susabda, Yakub B., Mengenal dan Bergaul Dengan Allah, Yogyakarta: Yayasan Andi, 2010


DAFTAR ISI

PENDAHULUAN......................................................................................................     1
DEFINISI ISTILAH..................................................................................................     1
ISU-ISU KONTEMPORER SEPUTAR ALKITAB.............................................       1
KLARIFIKASI MASALAH....................................................................................      3
KESIMPULAN..........................................................................................................     4

SOLI DEO GLORIA




150.000 naskah, 50 naskah tidak bisa dibaca sama sekali.


[1] Paul Enns, The Moody Handbook of Theology 1, (Malang: Literatur SAAT, 2004), 185.
[2] Jakob van Bruggen, Siapa yang Membuat Alkitab?, (Jakarta: Momentum, 2002), 2.
[3] Ronald H. Nash, Firman Allah dan Akal Budi Manusia, (Jakarta: Momentum, 2008), 160.
[4] R.C. Sproul, Mengapa Percaya?, (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1999), 10
[5] Ibid., 13.
[6] Ibid., 14-15.
[7] Ibid., 16-17.
[8] R.C. Sproul, Mengapa Percaya..., 18.
[9] Eta Linemann, Teologi Kontemporer: Ilmu atau Praduga?, (Batu: I-3, 1991), 93.
[10] Paul Enns, The Moody..., 186-188.
[11] Yakub B. Susabda, Mengenal dan Bergaul Dengan Allah, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2010), 104.
[12] Ibid., 118.
[13] Ibid., 124-125.

Dasar Filosofis Pendidikan Kristen


DASAR FILOSOFIS
Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang mendasar dalam aspek hidup sebagai orang Kristen, yang menyoroti dan mengajarkan aspek-aspek iman Kristen kepada peserta didik, sehingga aspek-aspek iman itu pada akhirnya akan membentuk cara pandang dan berpikir peserta didik di dalam seluruh aspek kehidupan dan panggilannya sebagai orang Kristen yang dicapai melalui proses pembelajaran dari pengalaman pribadi dan persekutuan dan terutama atas dasar kebenaran firman Tuhan, yaitu Alkitab.

DASAR TEOLOGIS
1. Pendidikan adalah perintah Allah, baik kepada guru sebagai pengajar maupun murid sebagai yang diajar, guna pembentukan karakter manusia sebagai ciptaan yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupa-Nya, sehingga terbentuklah manusia-manusia Allah yang berkarakteristik rohani yang berasaskan pada Firman Allah yang hidup untuk memenuhi panggilan Allah yang tertinggi dalam hidupnya, yaitu memuliakan Tuhan;
2. Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang tidak berkesudahan atau yang berlangsung seumur hidup dan yang terus-menerus diulang-ulang, sebagaimana perintah Tuhan dalam Ulangan 6:7, yang berfokus kepada pengenalan akan Allah dan pertumbuhan rohani dari peserta didik, di dalam pengabdian dirinya kepada Tuhan Yesus berupa tindakan-tindakan kasih kepada sesama.

KONSEP-KONSEP PENDIDIKAN
1. Arti Pendidikan Kristen
Pendidikan Kristen adalah proses belajar dan mengajar yang memupuk akal orang-orang percaya dengan ajaran tentang iman Kristen dan tingkah laku yang baik dan hidup moral dalam terang Firman Allah dan di bawah bimbingan Roh Kudus, sehingga dalam diri pengajar dan juga peserta didik dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan yang direfleksikan secara konkrit dan utuh melalui pengabdian diri kepada Tuhan dalam tindakan kasih kepada Tuhan dan sesama.
2. Tujuan Pendidikan Kristen
Pendidikan Kristen bertujuan untuk mengembangkan semua potensi yang tersirat dalam diri manusia sebagai makhluk yang diciptakan segambar dengan Allah, sehingga peserta didik yang telah dibimbing dan diajar dapat mengekspresikan dirinya di dalam tata nilai Kristiani baik dalam hubungannya dengan Allah maupun sesamanya; membawa peserta didik untuk bertumbuh dalam iman dan memahami fungsi dan peranannya sebagai orang Kristen, baik dalam lingkungan keluarga, persekutuan, masyarakat maupun negara; memperlengkapi peserta didik, sehingga dia mengerti dan dapat mengejahwantahkan hidupnya kepada Allah Bapa dan Tuhan Yesus dalam kerangka hidup sehari-hari serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan Tuhan sebagai tanda ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus Kristus.
3. Aspek-aspek Pendidikan Kristen
à Proses belajar dimulai sejak dalam kandungan sampai mati atau seumur hidup, karena kesempatan belajar adalah untuk semua golongan umur tanpa ada perkecualiaan;
à Lingkungan pendidikan yang paling mendasar adalah keluarga dan gereja;
à Proses belajar meliputi panca indra melalui alam, Firman Tuhan, pengalaman hidup sebagai orang Kristen; baik secara pribadi maupun persekutuan; yang bermuara pada tindakan dan cara hidup sebagai orang Kristen.
4. Pengajar dan Pelajar dalam Pendidikan Kristen
à Pengajar utama dalam pendidikan Kristen adalah Allah sendiri, bukan manusia, karena manusia hanya alat pendidikan Kristen; Allahlah yang memprakarsai orang untuk mengalami pengalaman belajar tentang Allah dan belajar dari Allah, yang prosesnya diwujudnyatakan melalui Firman Allah dan persoalan-persoalan pedagogis manusia,
à Manusia, dalam hal ini pengajar (baik pendeta, guru, orang tua maupun saudara seiman), sebagai alat Tuhan berperan sebagai pembimbing dan pendidik bagi pelajar, tetapi juga menjadi pelajar karena mereka pun masih dalam tahap menjadi pelajar seumur hidup mereka.
à Pelajar adalah orang yang terlibat di dalam proses belajar mengajar yang mencakup segala lapisan usia, golongan masyarakat (pengajar dan pelajar).
METODE PENDIDIKAN KRISTEN
Metode yang perlu dikembangkan dalam pendidikan Kristen adalah metode yang dapat memberdayakan peserta didik guna pengembangkan seluruh dimensi hidup yang melibatkan aspek rohani, emosi, dan tingkah laku, yang diupayakan meliputi dua segi:
1. Peningkatan pengetahuan dan pengertian
à Memberikan tekanan pada keaktifan berpikir (menalar) atau upaya mempertimbangkan dan memahami,
à Melibatkan pancaindera dalam kegiatan belajar
Dengar Lihat Bicara Berbuat Bicara dan berbuat
à Selalu diberi upaya untuk mengemukakan apa yang dibahas sekarang ini dan yang dibicarakan untuk waktu yang akan datang, supaya terjadi kesinambungan dalam kemajuan belajar peserta didik,
à Konsep, ide, dan gagasan ditafsirkan secara kontekstual yang harus dijelaskan secara tuntas dan jelas,
à Mengemukakan relevansi prinsip dan gagasan terhadap situasi yang dihadapi, supaya peserta didik selalu dapat melihat keterkaitan dari apa yang dipelajari dengan kebutuhan dan situasi yang sedang dihadapi;
2. Pencapaian segi-segi nilai dan moral
à Penekanan pada contoh-contoh yang konkret dan kontekstual,
à Menggunakan sumber-sumber otoritatif, seperti biografi, ruang kesaksian atau berbagi rasa,
à Identifikasi terhadap kondisi atau tokoh tertentu, seperti melalui metode drama, pembacaan puisi atau sorotan terhadap biografi.
à Mengaktifkan refleksi pribadi, klarifikasi nilai dan diskusi kelompok.

STRATEGI PENDIDIKAN KRISTEN
Dengan memperhatikan aspek-aspek dan tujuan pendidikan Kristen, maka proses pendidikan itu dilaksanakan dengan menerapkan strategi sebagai berikut:
à Ruang lingkup pendidikan dibagi menjadi 2 bagian yang meliputi: pendidikan kepada anak dan warga gereja; kedua bagian tersebut kemudian dikembangkan sesuai dengan pembagian usia peserta didik;
à Guru dalam proses mengajar harus mempersiapkan pokok-pokok ajarannya sebelum memulai proses mengajar dengan cara menulis bahan-bahan bagi pembinaan iman peserta didiknya, yang meliputi keseluruhan aspek hidup manusia, baik dalam hubungannya dengan Allah, sesama maupun diri sendiri;
à Pembimbingan dan pengajaran dilakukan dengan melibatkan semua sarana dan prasarana yang ada, pihak-pihak yang dapat terlibat dalam proses pembimbingan dan pengajaran (keluarga, teman-teman sepergaulan, maupun semua anggota persekutuan);
à Pembimbingan dan pengajaran dilakukan dalam lingkungan formal (Kebatian, Kelompok-kelompok PA/KTB/Persekutuan Doa) maupun informal (keluarga).

KURIKULUM PENDIDIKAN KRISTEN
Materi pendidikan Kristen dibuat dan diberikan berdasarkan kelompok usia perserta didik, dalam hal ini dibedakan antara materi untuk anak-anak dan materi untuk jemaat dewasa, yang bermanfaat bagi pembentukan rohani, intelektual dan karakter hidup sebagai orang percaya yang merupakan anggota keluarga Allah, yang meliputi:
à Memperkenalkan peserta didik kepada Allah ,
à Mengajar dan mendidik peserta didik untuk menghargai dan memelihara ciptaan Tuhan,
à Mengajar dan mendidik peserta didik untuk menghormati anggota keluarga Allah yang dalam lingkungan kelompok maupun secara keseluruhan,
à Membimbing peserta didik untuk mengenal dan mengasihi dirinya sebagai ciptaan Tuhan yang mulia dan berharga,
à Membentuk karakter hidup sebagai orang Kristen yang dapat menjadi berkat bagi orang lain,
à Membangkitkan dan menumbuhkembangkan pengertian dan pemahaman peserta didik kepada fungsi dan peranannya dalam keluarga Allah.

ANALISA DAN EVALUASI
1. Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang mendasar dalam aspek hidup sebagai orang Kristen, yang menyoroti dan mengajarkan Alkitab, Firman Allah yang meliputi aspek-aspek iman Kristen kepada peserta didik, sehingga aspek-aspek iman itu pada akhirnya akan membentuk cara pandang dan berpikir peserta didik di dalam seluruh aspek hidup dan panggilannya sebagai orang Kristen;
2. Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang didasarkan atas perintah Allah dan yang terus menerus berlangsung dalam sepanjang waktu hidup manusia, baik kepada guru sebagai pengajar maupun murid sebagai yang diajar, guna pembentukan karakter manusia sebagai ciptaan yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupa-Nya, sehingga terbentuklah manusia-manusia Allah yang berkarakteristik rohani yang berasaskan pada Firman Allah yang hidup untuk memenuhi panggilan Allah yang tertinggi dalam hidupnya, yaitu memuliakan Tuhan;
3. Pendidikan Kristen bertujuan untuk mengembangkan semua potensi yang tersirat dalam diri manusia sebagai makhluk yang diciptakan segambar dengan Allah, sehingga peserta didik yang telah dibimbing dan diajar dapat mengekspresikan dirinya di dalam tata nilai Kristiani baik dalam hubungannya dengan Allah maupun sesamanya;
4. Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang dilakukan mulai dari sejak dalam kandungan sampai mati atau seumur hidup yang memiliki ruang lingkup yang meliputi pendidikan dalam keluarga dan gereja yang bermuara pada pembentukan dan pengembangan tindakan dan cara hidup sebagai orang Kristen;
5. Allah adalah pengajar utama dalam pendidikan Kristen yang memprakarsai pengalaman belajar tentang Allah dan belajar dari Allah melalui Firman-Nya, sedangkan manusia adalah alat Tuhan untuk mendidik dan mengajar sesamanya;
6. Proses pembelajaran perlu dilaksanakan dan dikembangkan dengan memperhatikan factor kelompok usia peserta didik guna efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar dengan memperhatikan dan menerapkan metode, strategi dan kurikulum yang tepat untuk pengembangan aspek-aspek rohani, intelektual dan karakter hidup orang percaya, sehingga tercapai tujuan dan tingkatan pendidikan Kristen yang menghasilkan orang-orang Kristen yang memiliki arti, tujuan dan motivasi hidup yang berdaya guna bagi Tuhan, sesama maupun dirinya sendiri.